Munajat
Munajat adalah Platform Komunitas dan Lokapasar Kreatif, beroperasi daring di situs web https://munajat.id, dikelola oleh PT Pandumu Suarsua Baraka, dan menyediakan tiga layanan utama:
Kustomisasi desain Buku Yasin dan Tahlil;
Pasar Munajat, lokapasar (marketplace) layanan/jasa dan produk kreatif (segera hadir); dan
Media sosial bagi para pelaku, peminat, serta konsumen industri kreatif (segera hadir).
Pada layanan kustomisasi desain Buku Yasin dan Tahlil, pengguna Munajat dapat mengkustom desain Buku Yasin dan Tahlil yang tersedia, dan mencetak hasil kustomisasinya menjadi PDF (portable document format). Publik dapat mengkustom sampai selesai, tanpa harus mendaftar. Akan tetapi, perlu masuk log untuk dapat mencetak, dan membayar sejumlah tertentu jika ingin mencetak.
Pada layanan media sosial, pengguna hanya dapat memposting blog dan berinteraksi dengan sesama pengguna lainnya.
Di Pasar Munajat, para pengguna dapat memesan jasa atau membeli produk yang ditawarkan oleh pengguna lainnya yang menjadi vendor. Di antaranya: jasa edit foto, jasa gambar vektor wajah, jasa desain sampul buku, jasa desain bingkai foto, jasa pembuatan video pendek, jasa cetak digital (digital printing), jasa pembuatan dan pengiriman karangan bunga, toko buku, toko bunga/tanaman dan bibit, dan sebagainya.
Kontak
Sila hubungi kami melalui saluran-saluran di bawah ini:
Trivia: Munajat itu Memanjat
Munajat artinya doa sepenuh hati kepada Tuhan (KBBI VI Daring); Berasal dari istilah Arab munājāt, dari akar kata najā yang arti semulanya adalah meminta pertolongan. Munajat berarti juga me-“manjat”. Naik. Ke atas. Bermunajat adalah memanjatkan doa, menaikkan permohonan. Dalam konteks ini, Platform Munajat diharapkan dapat menjadi sarana naik, memanjat, meningkatkan diri, bagi para penggunanya dalam hal-baik apa pun yang diingini. Ada ‘amin’? 🫶🏻 🦦
Logo Munajat terdiri dari simbol dan tipografi. Simbolnya berupa daun luruh mengering jatuh ke bumi—diilhami puisi Hatiku Selembar Daun, karya Sapardi Djoko Damono, 1984.

Hatiku Selembar Daun
hatiku selembar daun melayang jatuh di rumput; nanti dulu, biarkan aku sejenak terbaring di sini; ada yang masih ingin kupandang, yang selama ini senantiasa luput; sesaat adalah abadi sebelum kausapu tamanmu setiap pagi.
Sihir Hujan, 1984
Dewan Bahasa & Pustaka